Banyak sekali area sawah yang berubah fungsinya menjadi pemukiman. Jika Anda berniat untuk bangun rumah di area sawah, berhati-hatilah karena tekstur tanah sawah berbeda dengan daerah yang sudah padat penduduk. Tanah yang biasa diolah untuk lahan pertanian cenderung gembur, liat, dan tidak bisa didirikan bangunan secara langsung di atasnya.
Persiapan Tanah Area Sawah untuk Rumah
Sebelum membangun rumah di area yang sebelumnya berfungsi sebagai sawah, Anda harus memperhatikan kondisi tanahnya, baik secara fisik maupun perizinan. Karena terkait dengan tata ruang ada bagian wilayah yang tidak bisa dialihfungsikan. Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum bangun rumah di area sawah:
Cek Kedalaman dan Izin Lahan
Tanah sawah memiliki tekstur lembek karena sering dibajak dan ditanami tanaman yang banyak membutuhkan air. Untuk itu sebelum bangun rumah di area sawah, meskipun di tepi jalan, perlu dicek terlebih dahulu kedalamannya hingga sampai di lapisan padat. Hal ini penting dalam rangka memperkirakan seberapa banyak bahan yang dibutuhkan untuk menimbunnya sehingga padat.
Selain kondisi tanah yang perlu dipastikan bisa didirikan bangunan di atasnya, pastikan di lahan tersebut tidak ada larangan mendirikan bangunan. Silakan cek kondisi dan status daerah tersebut di dinas perizinan dan tata ruang kota. Pastikan IMB dapat diperoleh untuk bisa membangun di area tersebut.
Meratakan dan Memadatkan Tanah
Setelah izin dan kondisi tanah dipastikan aman, Anda dapat memadatkan tanah menggunakan tanah dengan tekstur yang mudah merapat dan keras. Untuk membuat tanah sawah benar-benar padat dan siap didirikan bangunan bisa membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan.
Tanah bisa memadat karena terkena hujan, panas, ditumbuhi tanaman, dan dilewati kendaraan atau digunakan beraktivitas di atasnya. Kondisi tanah yang masih labil tidak bisa dibangun rumah secara sembarangan di atasnya karena rawan hancur. Apalagi jika jenis pondasi yang dibuat tidak cukup tangguh terhadap goncangan dan beban berat di atasnya.
Sesuaikan Jenis Pondasi
Pondasi saat bangun rumah akan menentukan seberapa kuat daya tahan bangunan terhadap kemungkinan di masa depan. Jenis pondasi yang perlu digunakan juga ditentukan dari jenis tanah dan besar bangunan yang ingin didirikan.
- Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal bisa berupa pondasi tapak, rakit, jalur, sumuran, plat beton lajur, atau strauss pile. Pondasi dangkal bisa diterapkan untuk bangun rumah di tanah yang memiliki konstruksi cukup kokoh. Pada pondasi dangkal kedalaman yang dibuat tidak lebih dari 3 meter. Sebaiknya hindari penggunaan pondasi model ini jika tanah yang digunakan masih labil untuk menghindari kehancuran bangunan.
Selain untuk rumah, pondasi jenis ini juga sering digunakan untuk membangun jalan raya, poskamling, atau bangunan semi permanen. Bisa juga digunakan membangun sekolah atau kawasan pertokoan satu lantai. Jenis pondasi dangkal tidak hancur karena banjir atau panas, tetapi mungkin mengalami perubahan jika terjadi gempa.
- Pondasi Dalam
Jika Anda ingin membangun rumah dengan ukuran besar, lebih dari satu lantai atau kondisi tanah tidak cukup kokoh, sebaiknya gunakan pondasi dalam. Jenis pondasi yang bisa digunakan adalah tiang pancang, pierce, atau caissons. Rumah dianggap berukuran besar jika jarak antar tiang pancang rumah lebih dari 6 meter. Pondasi dalam ditanam dengan kedalaman lebih dari 3 meter menggunakan mesin. Saat menanam pondasi, sebaiknya Anda memberitahu lingkungan sekitar karena mungkin mereka merasa terganggu. Persiapan di atas untuk bangun rumah di area persawahan mungkin tidak sepenuhnya Anda tanggung jika membeli properti jadi kepada developer atau agen perumahan. Karena merekalah yang akan mengaturnya sehingga rumah Anda siap ditempati.
Kami juga melayani :